Penalaran Deduktif
Menurut Jujun Suriasumantri, Penalaran adalah suatu
proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran memiliki
ciri-ciri tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir
logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan
kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari
proses berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu
pola berpikir tertentu. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan
berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Jenis
penalaran deduksi yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
1
Silogisme kategorial
Silogisme kategorial
disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis
yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan
premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor. seperti:
premis mayor: Semua
siswa SMA Bani Saleh lulus Ujian Nasional
premis minor: Rani
adalah siswa SMA Bani Saleh
kesimpulan : Rani lulus
Ujian Nasional
Berikut ini beberapa
contoh dari silogisme kategorial:
Semua Mahasiswa adalah
lulusan SMA
Nanni adalah mahasiswa
Jadi, Nanni lulusan
SLTA.
2 Silogisme
Hipotesis
Silogisme hipotesis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotese.
Silogisme hipotetis bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa
yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi. Premis mayornya
mengandung pernyataan yang bersifat hipotesis. Oleh karena sebab itu rumus
proposisi mayor dari silogisme ini adalah:
Jika P, maka Q
Contoh silogisme hipotesis :
Premis mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal.
Premis minor : Hujan tidak turun.
Konklusi : Sebab itu panen akan gagal.
Dalam kenyataan, yaitu bila kita menghadapi persoalan, maka kita dapat mempergunakan pola penalaran di atas.
Premis mayor : Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal.
Premis minor : Hujan tidak turun.
Konklusi : Sebab itu panen akan gagal.
Dalam kenyataan, yaitu bila kita menghadapi persoalan, maka kita dapat mempergunakan pola penalaran di atas.
3 silogisme alternatif
Jenis silogisme yang
ketiga adalah silogisme alternatif atau disebut juga silogisme disjungtif.
Silogisme ini dinamakan demikian, karena proposisi mayornya merupakan sebuah
proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan
atau pilihan-pilihan. Sebaliknya proposisi minornya adalah proposisi kategorial
yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi silogisme ini
tergantung dari premis minornya; kalau premis minornya menerima satu
alternatif, maka alternatif lainnya ditolak; kalau premis minornya menolak satu
alternatif, maka alternatif lainnya diterima dalam konklusi.
Contoh
My : Nenek susi berada di Bandung atau woniosobo.
Mn : Nenek Susi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Susi tidak berada di wonosobo.
My : Nenek susi berada di Bandung atau woniosobo.
Mn : Nenek Susi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Susi tidak berada di wonosobo.
My : Nenek Susi berada
di Bandung atau wonosobo.
Mn : Nenek Susi tidak berada di wonosobo.
K : Jadi, Nenek Susi berada di Bandung.
Mn : Nenek Susi tidak berada di wonosobo.
K : Jadi, Nenek Susi berada di Bandung.
kaidah Silogisme alternatif
1. Silogisme alternatif
dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur
penyimpulannya valid, seperti :
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata berbaju putih.
Jadi ia bukan tidak berbaju putih.
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata ia tidak berbaju putih.
Jadi ia berbaju non-putih.
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata berbaju putih.
Jadi ia bukan tidak berbaju putih.
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata ia tidak berbaju putih.
Jadi ia berbaju non-putih.
2. Silogisme alternatif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar), seperti:
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi bukan pelaut
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah pelaut.
Jadi bukan guru
b. Bila premis minor
mengingkari salah satu a konklusinya tidak sah (salah), seperti:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Budi menjadi guru atau pelaut.
Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa j’adi ia seorang pedagang).
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Budi menjadi guru atau pelaut.
Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa j’adi ia seorang pedagang).
4 Entimen
Entimem adalah
silogisme yang dipersingkat. Disaat tertentu orang ingin mengemukakan sesuatu
hal secara praktis dan tepat sasaran. Bentuk semacam ini dinamakan entimem
(dari enthymeme, Yunani. Lebih jauh kata itu berasal dari kata kerja
enthymeisthai yang berarti ‘simpan dalam ingatan’). Dalam tulisan-tulisan
bentuk ilmiah yang dipergunakan, dan bukan bentuk formal seperti silogisme.
Contoh :
PU : Jika bachdim tidak
menikah cepat, Irfan akan dimarahi fadillah
PK :bachdim mau menikah
cepat.
K : bachdim tidak
dimarahi fadillah.
Entimem : Irfan tidak
dimarahi Kartika karena Irfan mau menikah cepat
Contoh :
PU : Semua orang ingin
sukses harus belajar dan berdoa
PK : Lita ingin sukses
K : Lita harus belajar
dan berdoa
Rumus Silogisme Entinem
: C = B karena C = A
Sumber:google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar